fbpx

Towards VS Away

Posted by: Admin
Category: Blog, Life Oracle

By Fiona Wang

Pengalaman melayani sebagai konselor dan mind therapist selama 10 tahun dan juga life & wellness coach sekitar 7 tahun terakhir, saya melihat bahwa kita semua sebenarnya sedang bergerak menuju ke satu titik.

Ada orang-orang yang dapat melihat dengan jelas, ke titik mana mereka menuju, namun sayangnya sebagian orang yang lain tidak jelas.

Sebagian dari orang-orang yang tidak jelas melihat ujungnya kemana ini menyadari bahwa ia sedang bergerak, namun tidak pasti arahnya perlu dikendalikan ke mana.

Ada yang bahkan tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang bergerak, merasa hari demi hari dilalui begitu saja tanpa target dan arah sehingga tidak heran bahwa ternyata kemudian adalah gerakan mundur yang terjadi.

Ada lagi yang ‘pokoknya saya tidak mau begini’ atau ‘pokoknya saya tidak ingin berada disini’ yang umumnya untuk ‘avoiding pain’ karena yang sekarang ini kurang nyaman, namun tidak tahu juga maunya bagaimana dan mau ke mana?

Kelompok inilah yang sering kali disebut dengan orang-orang yang “Away”. Kebalikannya adalah orang-orang yang towards, mereka bergerak mengejar apa yang mereka inginkan dan mereka tau betul apa yang benar-benar mereka inginkan.

Sebenarnya keduanya adalah naluri emosi alami yang ada disetiap manusia, mengejar kesenangan dan menghindari penderitaan namun ada orang-orang yang cenderung di drive oleh salah satu mekanisme tersebut.

Orang-orang yang away melakukan sesuatu karena ingin menghindari sesuatu sementara orang-orang yang towards melakukan sesuatu karena mengejar sesuatu.

Kedua hal ini di dalam di manajemen kemudian diterjemahkan sebagai system rewards dan punishment, carrots or sticks. Contohnya di dimensi Wellness Occupational, Seorang salesman bisa push sales semaksimal mungkin karena dia takut di SP karena tidak perform (away) ataupun karena ingin mengejar insentif (towards).

State ‘saya tidak ingin tidak perform’ mungkin dapat membawanya melampaui batas minimum yang ditentukan dan syukur-syukur bisa hit target, namun ceritanya bisa jadi berbeda ketika dari awal sang salesman menetapkan target yang jelas di layer mana pencapaian sales ia targetkan, apakah 100%, 110% atau bahkan lebih. Manakah menurut Anda yang lebih efektif?

Tidak heran pertanyaan dasar pertama dalam SMILE coaching adalah, “apa yang benar-benar ingin Anda capai?” karena pertanyaan ini akan langsung membawa Anda focus pada titik tuju yang jelas.

Ke mana kah titik tuju Anda saat ini? Selamat bergerak kawan, FW131218

#CoachingWithSMILE

#SMILECoachingCards

#SaveYourDate190119

#SCClaunching #IntegraInstitute

Author: Admin

Leave a Reply

× How can I help you?