27
Nov
Posted by: Admin
Category:
Blog, Life Oracle
Sebelumnya kita telah berkenalan dengan arketipe the Child dan the Prostitute, sekarang kita akan berkenalan dengan arketipe The Victim dan berikutnya The Saboteur. Apa sih Arketipe the Victim ini? Suka ga suka, dia salah satu penghuni bawah sadar kita juga. Pernah Anda menyalahkan orang lain? Itu ketika ia lagi beraksi. Pernah melihat orang yang menyalahkan orang seumur hidupnya, seolah ga ada yang benarrrr aja, mulai dari menyalahkan pemerintah yang ga bisa kerja, bosnya yang rese, perusahaan yang ga adil, target yang ketinggian, hingga pasangan yang tidak pengertian? Semua seolah-olah cuma dia aja yang benar. Nah, kalo yang ini ia sedang mengijinkan arketipe ini menguasainya.
Inner Victim atau si korban ini biasanya disadari ketika seseorang mengalami penolakan, kekerasan, ketidakadilan, dan tuduhan akan hal yang tidak dilakukan. Jika seseorang sepanjang hidupnya banyak mengalami pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan seperti ini, mudah bagi dirinya untuk memposisikan diri sebagai korban. Ciri-cirinya biasanya mudah menyalahkan orang lain, menyalahkan pemerintah, lingkungan, tubuh mereka, situasi ekonomi karena tidak memiliki apa yang mereka inginkan. Orangtua yang merasa harus merawat anak-anaknya karena terpaksa, no choice juga sedang playing victim lho.
Arketipe the Victim ini akan segera mengambil alih ketika merasa hidup ini tidak adil. Menuding orang lain memang lebih mudah dari pada bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan dan yakini. Akar dari pola dasar Korban ini adalah ketakutan bahwa Anda tidak dapat bertahan atau tidak akan bertahan. Bukan hanya ketahanan fisik tetapi kelangsungan hidup identitas Anda, harapan dan impian Anda atau sense of self. Ada keyakinan jauh di dalam sana bahwa Anda tidak layak untuk berkembang dan menjadi lebih baik. Arketipe ini adalah mekanisme bawah sadar untuk mengendalikan kehidupan Anda secara pasif, supaya Anda tidak mengambil tanggung jawab karena mengambil tanggung jawab itu berat. ‘kamu ga kuat, biar aku saja,’ kata si menyalahkan.
Ketika seseorang berada dalam state Korban, mereka merasa rapuh, lemah dan kalah. Meraka tidak mampu membela diri
dan membuat batasan yang jelas. Biasa arketipe the Victim ini membuat seseorang jadi ingin mendapatkan simpati sebanyak mungkin dari orang. Sisi gelap dari the Victim ini adalah biasaya tidak berani konflik ataupun konfrontasi dengan orang lain tetapi merasa lebih nyaman bergosip atau berbicara negatif di belakang orang lain. Sisi terang atau lawan dari the Victim adalah si Victorious atau si pemenang yang membantu kita untuk mampu bertanggung jawab terhadap respond dan reaksi kita serta keberanian untuk mengambil tindakan yang positif dalam situasi yang sulit.
Ketika si Victorious yang tampil, Anda mulai memahami hubungan Anda dengan power, keberanian, self-worth, batasan diri, kejujuran, daya tahan dan self-respect. Untuk itu penting merangkul si Victim dan membantunya bertumbuh. Ketika dikenali dengan tepat, the Victim dapat mengingatkan Anda akan kemungkinan-kemungkinan bagaimana Anda membiarkan diri Anda menjadi korban, baik melalui kepasifan atau tindakan yang tidak pantas. Ini juga dapat membantu Anda mengenali kecenderungan Anda sendiri untuk mengorbankan orang lain demi keuntungan pribadi.
Manurut Calorine Myss, penulis buku Sacred Contact, untuk mulai membangun kontak dengan the Victim, agar Anda dapat merangkulnya menjadi ally Anda, tanyakan pada diri Anda:
Apakah saya menyalahkan orang lain atas keadaan hidup saya?
Apakah saya menghabiskan waktu mengasihani diri sendiri?
Apakah saya iri pada orang lain yang sepertinya selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan?
Apakah saya merasa menjadi korban oleh orang lain ketika situasi tidak berjalan sesuai dengan yang saya inginkan?
Apakah saya cenderung merasa lebih tidak berdaya daripada kuat?
Kita perlu mengembangkan kejelasan dari insight ini, dan itu berarti perlu belajar sifat dan intensitas perilaku si Victim dalam diri. Tujuan kita adalah selalu belajar bagaimana mengenali perilaku tidak pantas ini dalam diri kita atau orang lain, dan bertindak sebagaimana mestinya. We are the cause not the effect, Kita bukanlah korban dalam hidup, tetapi adalah pelaku yang perlu terus belajar bagaimana menangani tantangan dan menghindari ketakutan kita. Dengan demikian, si Victim dapat bertransformasi menjadi si Victory. Apakah Anda setuju? Say, I’m the cause not the effect. FW271118
#EssentialHealingTechniques
#TranspersonalSelfMastery
#UnderstandAndWorkWithYourMajorArchetypes