fbpx

Senangkan Jiwa Anda

Posted by: Admin
Category: Blog, Life Oracle

by Fiona Wang

“We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.” Pierre Teilhard de Chardin (1 May 1881 – 10 April 1955). “We are not human beings on a spiritual journey. We are spiritual beings on a human journey.” Stephen Covey (October 24, 1932 – July 16, 2012).

Ada dua sudut pandang yang dapat kita lihat dalam perjalanan hidup kita, sebagai seorang manusia dan sebagai makhluk spiritual atau jiwa yang berkelana di dunia. Bahwa kita adalah makhluk fana yang perlu mempertahankan kelangsungan hidup di dimensi ke tiga ini dan juga bahwa jiwa lahir ke dunia membawa misi perjalanan spiritual dan intensi. Sering kali orang lupa salah satunya, mengejar dunia seolah ia hidup selamanya di bumi atau sebaliknya ada yang terlalu semangat mengejar akhirat dan lupa bahwa masih hidup di bumi yang berwujud materi. Artikel ini mungkin juga related dengan artikel saya 16 Nov lalu berjudul ‘Menggugahlah” tentang Labor dan Work. Labor menjadi sarana dunia untuk berprestasi sementara work dapat menjadi sarana jiwa untuk berkarya.

Ketika turun ke dunia, jiwa memilih peran yang dapat membuat kita bertumbuh, belajar dan menjalani life purpose. Jiwa selalu mengenali potensi dan kemampuan sejati diri dan juga kesempatan-kesempatan yang ada. Ia selalu berusaha membawa kita pada pengalaman seluas-luasnya yang menyenangkan dan bahagia. Ia juga mengenali kapasitas yang kita bawa seperti keberanian yang luar biasa, cinta yang mendalam, kemampuan menyembuhkan dan kreativitas. Sayang, kita sering kali mengijinkan dunia membuat kita percaya hal sebaliknya dan membolehkan diri kita dirubah. Lalu kita merepressed atau menekan keinginan kita dengan berlogika-ria. Jika demikian lama-lama dapat muncul apa yang disebut dengan Alieanated soul, jiwa yang terasing di tubuhnya sendiri. Saya pertama kali mendengar istilah ini dari Guru Gede Prama, menarik sekali, jiwa yang merasa tidak fit in di manapun, selalu merasa ada yang salah, begini salah begitu salah, ke sini ga nyaman ke situ juga engga karena sebenarnya ia tidak nyaman dengan dirinya sendiri, selalu merasa ada yang hilang, kurang atau kosong.

Hambatan terbesar yang menghentikan kita untuk hidup sesuai dengan tujuan jiwa atau soul purpose memang adalah rasa takut dan linear thinking kita. Padahal jiwa kita tidak beroperasi di tataran pikiran, tapi di level vibrasi kebijakan tertinggi, perasaan, sensasi dan intuisi. Bagi jiwa keajaiban adalah hal yang sangat mungkin melampaui pikiran rasional. Kita kadang terlalu banyak menggunakan logika pikiran kita bahkan untuk urusan hati dan jiwa akibatnya bisa muncul judging, dan keinginan untuk mengendalikan. Penting bagi kita mendengarkan panduan jiwa.

Saya senang bertanya dengan teman-teman dekat dan juga peserta pelatihan, “apa hobi dan kesukaanmu?” pertanyaan yang simple namun mengikuti dan melakukan hobi dan apa yang kita suka adalah salah satu tindakan sederhana yang membuat jiwa kita bersuka-ria. Orang yang dapat menyalurkan hobinya akan jauh lebih happy dari pada yang tidak. Ia juga akan menjadi jauh lebih semangat dan kreatif karena jiwanya mekar bahagia.

Pertanyaan saya yang kedua adalah, “kapan terakhir kali dirimu melakukan hobimu itu?” Melakukan hobi juga seperti ketel uap kita bukan? Recharged kembali. Ada teman saya yang suka memancing ikan di laut di akhir pekan. Itu cara dia melepas kepenatannya setelah kerja keras sepanjang minggu. Di laut yang biru dan tenang ia merasa jiwanya utuh kembali, energized dan sangat hidup. Ketika lama tidak melakukan hobinya rasanya ada yang kurang, lesu dan tidak bergairah. Kenapa tidak sering-sering melakukan hobinya? Karena logika turun tangan melarang. ‘Ah kamu mancing melulu buang-buang duit, sewa kapal kan mahal.’ Belum lagi orang-orang sekeliling kita yang tidak memahami, pasangan misalnya. Jiwa kemudian menjadi seperti anak kecil yang dikekang ga boleh main. Ia bisa menjadi sedih dan ngambek hehehe…

Tak jarang pula saya mendapatkan jawaban, “apa ya hobi saya, saya sendiri tidak tahu. Kayanya ga ada deh.” Really? Tidak ada atau tidak pernah dirasa? Ada orang yang begitu peka, tau sekali apa yang diinginkan dan memang ada yang tidak menyadari apa yang ia sebenarnya suka sehingga perlu dibantu untuk menemukan. Kalau hasil pengamatan saya, ini biasanya jawaban dari klien-klien kategori konseling dan terapi yang kebanyakan merasa depresi dan stress, ada orang-orang yang mereka sendiri belum tahu apa yang membuat mereka senang, semangat dan recharged. Jawaban lain yang juga sering saya dapatkan adalah, “saya suka naik gunung sih tapi terakhir saya naik gunung sudah tiga tahun lalu.” Artinya ia tau apa sesungguhnya yang ia suka namun biasanya karena kalkulasi logika juga menimbang waktu, biaya dan sebagainya menjadi tertunda.

Terkait hidup sesuai dengan spirit jiwa kita tidak perlu berpikir hal yang muluk-muluk, sebelum sampai ke life purpose, kita bisa refleksikan dulu sejauh mana kita sudah me-nurture atau mengasuh jiwa kita. Dan kita dapat mulai dari hal kecil dan sederhana seperti menekuni hobi dan kesukaan kita yang membuat jiwa kita rejoice ketika melakukannya. Tanyakan pada diri Anda 3 pertanyaan self coaching ini, “Apa hobi saya yang saya rasa ingin saya tekuni sekarang atau apa hal yang saya sukai yang mau saya lakukan lagi sekarang?” “Kapan ya terakhir kali saya melakukannya dan kapan saya mau melakukannya lagi?” “Sejauh mana saya memberikan ruang dan waktu bagi orang-orang yang saya kasihi untuk menekuni kesukaannya?” Dengarkan intuisi dan jawaban dari dalam diri Anda. Selamat membuat jiwamu bersuka-ria, kawan, Semangat ceria yaaaaa… FW041218

#SelfLove
#TranspersonalSelfMastery
#IntegraInsitute
#TheSecretOfLifeWellness
#ConnectWithYourSoul
#InspiredByInnaSegal

Author: Admin

Leave a Reply